Kamis, 25 Agustus 2011

Kurtlar Vadisi: Filistin (Valley of The Wolves: Palestine) 2010 Rambo versi Turki pahlawan Mavi Marmara yang digdaya


Sutradara: Zübeyr Sasmas
Naskah: Cüneyt Aysan, Bahadir Özdener, Raci Sasmas
Sinematografi: Selahettin Sancakli Pemain: Neceti Sasmas (Polat Alemdar), Erdal Besikçioglu (Moshe Ben Eliezer), Nur Aysan (Simone Levy), Gürkhan Uygun (Mamati Bas), Abdülhey Çoban (Kenan Çoban)
Durasi: 122 menit
Genre: Aksi

Kisah diawali gambar penyerbuan kapal Mavi Marmara oleh tentara Israel. Tragedi yang menewaskan 8 warga Turki dan 1 Amerika. Untuk balas dendam Turki mengirim tim khusus terdiri dari 3 orang penembak jitu terlatih Polat, Abdülhey dan Mamati. Mereka bertugas membunuh otak serangan Mavi Marmara yaitu Tentara Israel Moshe ben Eliezer. Misi ini 3 orang tersebut bekerjasama dengan Abdullah seorang warga teritori Palestina. Akan tetapi dalam misi ini mereka terpaksa melibatkan seorang pemandu wisata Amerika keturunan Yahudi Simone yang akhirnya juga menjadi buron tentara Israel setelah insiden tembak menembak di pos pemeriksaan Israel. Betul film ini adalah rekaan pengembangan kisah tragedi kapal Mavi Marmara.

Sejak awal kita sudah disajikan dialog frontal yang berlebihan ketika Polat bernegosiasi dengan tentara Israel bahwa mereka tidak mau masuk ke Israel tapi ke Palestina, juga dia terang-terangan ia datang untuk membunuh Moshe. Apa ada tim khusus berbicara sembarangan tanpa tedeng aling-aling seperti ini. Dari sini sudah bisa diperkirakan alur operasi ini akan berjalan lancar jaya. Meski demikian namun banyak hal yang dikorbankan dalam operasi ini. Penggambaran Moshe dan pasukannya yang sangat kejam bahkan tanpa ampun membunuh warga sipil termasuk anak,orang cacat dan manula serta wanita. Moshe juga ditampilkan sebagai tentara terlatih yang tidak mudah dibunuh, ia sempat lolos meski kehilangan organ indranya.

Warga Palestina dalam film ini digambarkan bagai hidup dalam penjara terbuka dikungkung oleh tentara Israel. Batas suka,duka,hidup dan mati digambarkan saat Simone yang mulai akrab saat tinggal dengan keluarga Abdullah sesaat kemudian tentara Israel datang dan mengubah canda menjadi nestapa. Polisi penjaga otorita Palestina pun seakan tak berdaya saat Tentara Israel ingin menggeledah pemukiman warga.

Walau beberapa media barat menganggap film ini antisemit namun terselip dalam dialog ibu Abdullah yang mengatakan kepada Simone bahwa yang mereka musuhi bukan Yahudi namun penindasan mereka. Maka kesan antisemit sudah gugur dalam film ini. Tokoh Simone yang yahudi juga mengatakan tidak logis kalau pembantaian yahudi di Eropa dikaitkan dengan penindasan bangsa Palestina karena mereka tidak bertanggung jawab atas holocaust. Ketika dikesankan film ini mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi agama dan warga Palestina Penulis naskah Bahadir Özdener menyatakan film ini hanya ingin menampilkan keadaan warga palestina, penderitaan, penindasan serta mengajak memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

Film yang merupakan franchise yang sukses di Turki ini di awali dari serial tv yang kemudian diangkat ke layar lebar. Diawali seting di Irak pada tahun 2006 dan film kedua di tahun 2008 di Gladio. Setelah sempat ditunda karena premier film ini bertepatan dengan peringatan holocaust saat diputar di Jerman namun kesuksesan film ini di Turki membuat dibuat versi sulihsuara bahasa arab untuk pasar Negara-negara Arab.

Meski terkesan bergaya Rambo, James Bond bahkan Chuck Noriss yang digdaya dan tak ada hal-hal yang mengejutkan serta sangat superheronya Polat, namun di akhir Ramadhan dimana ada hari Yerussalem atau Yaum Al Quds yang dicetuskan Ayatollah Khomeini tiap jumat terakhir Ramadhan untuk mengingat dan menggelorakan semangat mendukung kemerdekaan Palestina lewat aksi jalanan. Film ini sebagai pembanding dimana terlalu banyak film barat mengidentikkan Islam, Arab dan Terorisme serta kekerasan maka film ini adalah obat.

Rating: 2.7/5

Bandhobi (Female Friend) (2009) Sentuhan Buruh Migran dalam Sinema Korea


Sutradara: Shin Dong Il
Naskah: Shin Dong Il
Pemain: Mahbub Alam (Karim), Baek Jin Hee (Min Seo), Choi In Sook
Durasi: 1 jam 57 menit
Genre: Drama

Bandhobi atau teman wanita dalam bahasa Bangla bercerita tentang Min seo gadis SMA 17 tahun yang bingung di saat teman sebayanya mulai mengambil aneka kursus untuk mengisi liburan ia tidak mempunyai cukup uang. Kemudian secara tidak sengaja kejadian di bus dimana dia menemukan dompet seorang buruh migran Bangladesh Karim. Karena curiga dompetnya tidak ditemukan lagi Karim mengejar Min seo untuk mendapatkan dompetnya. Setelah tertangkap khawatir dilaporkan polisi Min seo berjanji akan membantu kesulitan Karim. Karim yang setahun gajinya tak dibayar bos lamanya yang bangkrut mengalami kesulitan untuk menagih, di saat sulit ia diancam gugat cerai oleh istrinya di kampung halaman.

Min seo yang gadis pemberontak berusaha keras dapatkan uang melalui berbagai pekerjaan paruh waktu. Ibunya yang berpacaran dengan seorang pengangguran membuat konflik ibu dan anak. Pertemuan dengan Karim memberikan secerca kebahagiaan bagi gadis SMA ini ia pun berupaya membantu kesulitan Karim.

Unsur orang asing jarang ditampilkan dalam film Korea. Maklum saja negara ini tidak terlalu banyak imigran seperti eropa dan Amerika. Homogen mungkin itu pantas disebutkan dalam budaya dan lingkungan masyarakat korea. Sutradara Shin Dong il membawa kembali aktor imigran Mahbub Alam yang dulu sempat mendapat peran kecil di filmnya My friend and His wife (2006) seorang aktor mantan buruh migran yang kini melibatkan diri dalam LSM buruh migran di Korea. Shin sempat kesulitan mendapatkan seorang bertampang Asia Selatan yang fasih berbahasa Korea sebelum menemukannya. Mahbub memberi sentuhan tersendiri dalam kisah ini dia berupaya mewujudkan mimpinya meski kenyataan dia diperlakukan buruk di Korea. Sosok Karim masih tidak meninggalkan adat budaya serta tradisi Islamnya seperti menghindari babi (adegan dimana mahbub menraktir Min seo makan dan dia tidak memakan dagingnya lalu diledek Minseo apakah daging itu imut sehingga tak dimakan) suatu hal yang mencerminkan masyarakat homogen korea buta tradisi luar. Atau ketika Min seo menggoda Karim dan memberinya 'handjob' lalu di tengah-tengah meminta Min seo menghentikannya dilanjutkan adegan sujud yang cukup lama. Karim disindir Min seo sebagai pribadi yang kurang menikmati hidup.

Min seo yang diperankan apik oleh Baek Jin hee sebagai remaja pemberontak tapi mandiri dan tulus. Namun yang namanya remaja ada sisi kelabilan dan kenaifan serta polos ia sempat mengajak Karim kabur dan menawari menikah untuk mendapat visa bagi Karim yang sudah overstay. Suatu hal yang menjadikan khawatir ibunya yang harus mengakhiri persahabatan yang unik dua budaya ini.

Keberanian sutradara mengangkat isu baru tentang buruknya keadaan buruh migran kasar di Korea ketidak adilan serta memperkenalkan masyarakat Korea yang homogen kepada tradisi baru di tengah-tengah semakin bertambahnya pekerja migran di Korea haruslah diapresiasi. Termasuk pandangan baru terhadap pekerja dan pendatang barat yang ditampilkan melalui Haines guru les Inggris yang digemari dan dikagumi siswi-siswi korea yang polos dan kurang mengetahui tabiat tengil beberapa bule.

Rating: 3/5

Uç Maymun (Three Monkeys) 2008 Kesalahan Membawa Ke Pusaran Lingkaran Setan

Sutradara: Nuri Bilge Ceylan
Naskah: Nuri Bilge Ceylan, Ebru Ceylan, Ercan Keysal
Sinematografi: Gökhan Tiryaki
Pemain: Yavuz Bungöl (Eyüp), Hatice Aslan (Hecar), Ahmet Rifat Sungar (Ismail), Ercan Keysal (Servet) Durasi: 109 Menit
Genre: Drama, Thriller

Film ini berkisah tentang Servet seorang pengusaha yang mencoba peruntungan sebagai Politisi. Kejadian Servet menabrak seseorang dengan mobil yang dikendarainya dikhawatirkannya menghancurkan karier politiknya. Maka dia meminta Eyüp sopirnya untuk menggantikannya mengaku salah dah dipidana penjara 6 bulan. Eyüp dan keluarganya Hacer sang istri dan Ismail anaknya mendapat kompensasi uang bulanan sebagai gantinya. Namun rencana dan keadaan tak semulus perkiraan Servet mengalami kegagalan dalam pemilu, Ismail gagal dalam pendidikannya dan Hacer malah berselingkuh dengan Servet. Sekembalinya Eyüp dari penjara ia merasa hal yang aneh pada istrinya. Eyüp pun menjadi kasar pada istrinya yang menutupi perselingkuhan yang mulai tercium. Puncaknya ketika Ismail membuat kesalahan yang sama seperti yang Servet lakukan di awal cerita yang membuat suatu lingkaran setan kembali berulang dalam kisah ini.

Nur Bilge Ceylan seorang fotografer yang kemudian mengawali karier sutradaranya di awal tahun 90an. Meski seorang insinyur kekurang minatannya dengan pekerjaan yang berkaitan dengan latar belakang pendidikannya membuat dia lebih memilih dunia yang sekarang dia geluti. Kariernya gemilang mendunia dengan gelar sutradara terbaik lewat film ini di Festival Film Cannes 2008. Belakangan di tahun 2011 melalui festival film yang sama beliau diganjar Grand Prix lewat film Once Upon A Time In Anatolia. Kisah film ini yang mengangkat suap-menyuap di dunia pengadilan. Hal serupa terakhir di Indonesia terjadi saat Kasiem mau menggantikan Karni dipenjara 7 bulan dengan dibayar 10 juta rupiah. Atau untuk kasus yang agak serupa adalah Polycarpus yang dijadikan tumbal untuk menutupi orang penting yang disinyalir mengotaki kasus pembunuhan Munir.

Uç Maymun diperkuat dengan para pemeran yang ekspresif terutama tokoh suami istri. Mimik dan bahasa tubuh ketidakpercayaan dalam hubungan 2 pasangan sangat terlihat jelas. Adegan kekerasan Eyüp di ranjang terhadap Hacer tidak mudah dilupakan. Tokoh Ismail yang awal cerita banyak ditampilkan kurang dieksplorasi kenapa pendidikannya gagal dan bagaimana pengaruh teman-temannya terhadap suramnya kehidupan dirinya. Plot Ismail dibuat memaksa penonton menebak-nebak.

Keluarga ini juga 'dihantui' sosok putra mereka yang meninggal saat masih kecil yang sering muncul dalam bayangan mereka. Tidak digambarkan kenapa dia bisa meninggal. Sepertinya sutradara mengarahkan kita lebih fokus ke kisah lingkaran setan pembunuhan dan suap-menyuap dalam film ini. Hal lain yang mengganggu bagaimana nada dering ponsel Hacer bisa bersuara lagu mp3 meski menggunakan nokia 2100. Namun gambar-gambar didominasi warna gelap, langit dan awan serta pemandangan sekitar rumah Eyüp yang sukses dihadirkan Gökhan Tiryaki membuatnya jadi pengusir rasa bosan. Kembalinya Eyüp dari penjara mengembalikan semangat menonton film ini yang sempat membosankan di awal cerita. Meski tidak istimewa sangat layak dilihat.

Rating:3/5