Sutradara: Yasemin Şamdereli
Naskah: Yasemin Şamdereli, Nesrin Şamdereli
Bahasa: Turki, Jerman
Genre: Drama, Komedi
Pemain:
Vedat Erincin (Hüseyin)
Fahri Ogün Yardım (Hüseyin muda)
Lilay Huser (Fatma)
Demet Gül (Fatma muda)
Aykut Kayacık (Veli)
Aycan Vardar (Veli muda)
Ercan Karacayli (Muhammed)
Kaan Aydogdu (Muhammed muda)
Şiir Eloğlu (leyla)
Aliya Artuc (Leyla muda)
Petra Schmidt (Gabi)
David Moschitto (Ali)
Aylin Tezel (Canan)
Trystan Pütter (David)
Rafael Koussouris (Cenk)
Durasi: 97 menit
Sinopsis:
Hüseyin yang mencoba
peruntungan menjadi imigran Turki dari Anatolia
ke Jerman di tahun 1964.
Setelah berhasil meyakinkan istrinya Fatma
dan 3 orang anaknya Muhammad, Veli
dan Leyla untuk pindah ke Almanya
(Jerman dalam Bahasa Turki). Setelah 45
tahun tinggal di Jerman
barulah Hüseyin dan Fatma yakin untuk menjadi Warga
Negara Jerman.
Meski masih dihantui ketakutan-ketakutan syarat menjadi WNJ
yang tidak
masuk akal seperti makan babi dan berdandan ala
Jerman.
Keturunan mereka pun mengalami benturan budaya dan
mempertanyakan
identitas mereka apakah Jerman atau Turki. Kejutan terjadi
ketika
Hüseyin membeli rumah di tanah leluhur mereka.
Masalah lain
timbul ketika Canan cucu Hüseyn hamil atas hubungan gelap
dengan David, serta
Cenk yang begitu tertarik dengan riwayat kakeknya
sejak dulu di Turki ketika
dia mulai mempertanyakan identitas asal
usulnya.
Ulasan:
Film
tentang imigran timur tengah di Eropa selalu menarik. Bila di
Prancis warna
Aljazair dan Maroko begitu kental mewarnai sinema
Perancis berlatar Imigran
seperti Le Grand Voyage (2004), Day of Glory
(2006), Adhen (2008), dll
sementara di Jerman unsur Turki begitu
kental Sineas Fatih Akin Head On
(2004), The Edge of Heaven (2007)
dll. atau komedian Hilmi Sözer. When We
Leave (2008) juga merupakan
film berlatar budaya Turki yang
kontroversial.
Penggambaran komedi yang rasis nan berlebihan memang
digambarkan film
ini yang cukup liberal sampai ada adegan Kristus menghantui
di dapur,
atau 'natal' ala Turki. Orang jerman di mata orang Turki pada
tahun
70an adalah hanya makan kentang dan babi, birokrasi yang
dipenuhi
stempel, sanitasi yang penuh penyakit, kanibalisme dalam
Perjamuan
Kudus yang memakan roti tubuh kristus.
Seperti biasa
generasi muda Turki-Jerman juga akan dihadapkan dengan
pertanyaan tentang
identitas dan pergaulan bebas ala eropa. Orang tua
yang cenderung masih
konservatif bila tak pintar pintar dalam
berkomunikasi dan mengikuti
kehidupan pergaulan remaja terkini niscaya
akan menyebabkan gangguan hubungan
dengan anak.
Pada dasarnya film ini lebih menjelaskan bagaimana Hüseyin
ingin lebih
mengenalkan dan mengajak keturunannya kepada tanah leluhur
dan
perjuangan untuk kehidupan lebih baik serta menjaga tradisi. Hal
itu
diharapkan membantu menghapus kegamangan keturunannya
atas
identitasnya.
Film ini menarik untuk kita lebih menghargai
perbedaan budaya, meski
dengan cara satire. Gambar-gambar indah alam Turki dan penggambaran rekam
jejak napak Tilas
Hüseyin sejak muda awal pertemuan dengan fatma pengalaman
pertama di Jerman bersama anak-anak menarik dan menggelitik. Makna kehangatan
keluarga dan
keluarga selalu siap menerima kita apapun kondisi masalah kita.
Keharuan
mewarnaiadegan-adegan di akhir cerita. Ya apapun yang akan kita lakukan
dalam
bertindak selalu ingatlah keluarga terlebih dahulu setelah
Tuhan.
Rating: 8/10