Selasa, 21 Februari 2012

Negeri Lima Menara (2012), Berusaha Keraslah dan Tentukan Pilihan Hidupmu


Sutradara: Affandi Abdul Rachman
Naskah: Rino Sarjono, Salman Arisanto
Produser: Aoura L. Chandra, Dinna Jasanti, Salman Arisanto
Durasi: 100 menit
Produksi: KG Production, Million Pictures, Simple Pictures, IB Perbankan Syariah
Genre: Drama


Alif (Gazza Zubizzaretha) (pasti bapaknya penggemar Andoni Zubizarreta mantan kiper Spanyol dan Valencia tahun 90an) gamang ketika diminta Amaknya (Ibunya) Lulu Tobing (puja puji untuk beliau yang berhasil berbahasa minang dengan elok setelah belajar keras) untuk melanjutkan sekolah menengah atas di Pondok Pesantren Madani, Ponorogo, Jatim karena mengharap anaknya kelak seperti Ulama Besar penyusun Tafsir Al Azhar Buya Hamka Rahimahullah, dan Allahuyarham Bung Hatta sementara Alif ingin kelak seperti B.J. Habibie dan berharap meneruskan sekolah di ITB.Sementara Ayahnya (David Chalik) berpesan mengibaratkan seperti ketika orang tawar menawar kerbau dimana tangan di dalam sarung, orang tak akan tahu pasti tentang sesuatu sebelum ia menjalaninya.


Kisah sesungguhnya baru dimulai ketika Alif bertemu teman-teman barunya dari berbagai daerah mereka Said (Ernest Samudra) dari Surabaya, Baso (Billy Sandy) dari Gowa, Atang (Rizki Ramdani) dari Bandung, Raja (Jiofani Lubis) dari Medan, dan Dulmajid (Aris Putra) dari Madura. Bersama mereka yang sering berkumpul di bawah menara masjid pesantren menjadi Sahibul Menara, suatu saat Alif menatap awan berbentuk benua Amerika, Raja Eropa, Atang Afrika, Dulmajid dan Said Indonesia sementara Baso Asia. Pemacu semangat dari kata-kata yang diucapkan Ustadz Salman (Doni Alamsyah) 'Man Jadda Wa jadda' (Siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil) yang merupakan pepatah Arab adalah "mantra" bagi mereka untuk mencapai cita-cita.

Kisah yang diadaptasi dari Novel Trilogi Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi ini menampilkan banyak karakter baru yang cukup bagus dalam menampilkan karakter orang-orang daerah yang beraneka latar belakang budaya. Aksentuasi bahkan tampang ndeso nan mblekethek (agak kumal) kecuali karakter Alif di awal film terlihat terlalu kota.Karakter Baso dan Atang bagi saya sangat baik dan terlihat menarik dalam menampilkan karakter orang Bugis dan Sunda.

Kehidupan dalam sekolah berasrama seperti pesantren selalu menarik perbedaan karakter, kegamangan akan pilihan menentukan masa depan, cita-cita setinggi langit, berbagai kegiatan yang mengasah kemandirian dan ketrampilan yah itulah hal yang selalu menarik dari pesantren. Termasuk cinta monyet Alif dengan keponakan Kyai Rais (Ikang Fauzi) pemimpin pesantren, yaitu Sarah (Erika Reinisa) sebagai bumbu pemanis cerita.

Kegamangan akan pilihan hidup dihadapi Alif yang mana ia ingin meneruskan ke ITB dan Baso yang neneknya sudah tua sementara ia bercita-cita untuk sampai Al Azhar. Kembali lagi ke Man jadda wa jadda yang menjadi penyemangat mereka kata Ustadz Salman hal ini tidak  dalam bekerja keras atas sesuatu yang sedang kita jalani namun juga ada kebebasan menentukan pilihan yang bertanggung jawab. Jadi ingat doa-doa Kakung @suby_ku pengelola http://curhatsinema.blogspot.com "sukses ya dengan pilihan pilihan hidupnya".

Satu hal yang sangat mengena adalah pesan Kyai Rais saat penyambutan santri yang mana Pesantren Madani akan mendidik santri-santri supaya menjadi orang besar. Orang besar yang dimaksud ternyata tujuan utama pesantren ini adalah menjadikan orang berilmu yang rela mengajar di pelosok-pelosok tanpa pamrih.

Eloknya landskap berbagai pelosok Indonesia seperti Danau Maninjau, persawahan Ponorogo, tradisi membeli kerbau dengan isyarat tangan. Bahasa Minang yang fasih oleh para pelakon, juga aksentuasi para santri-santri daerah, serta ciri khas Islam yang beradaptasi dengan budaya lokal tanpa mengganggu gugat syariat. Naskah dan dialog pun dikemas mulus dan menarik.

Hal yang terasa kurang dalam film ini adalah  kurangnya dramatisasi penggambaran personal para santri tokoh utama. Saya membandingkan dengan film mengangkat kebersamaan remaja seperti Sunny (2010) Korsel, The Chorus (2004), Perancis. Narasi-narasi suara hati personal tiap-tiap karakter serta musik latar kurang mendukung saya untuk sampai meneteskan air mata.  Saya hanya merasa ada aura keharuan yang besar saat adegan pentas seni Ibnu Battutah (pengembara asal Maroko) yang sayangnya ada adegan barongsai (saya tidak yakin di era Orde Baru setting 80an akhir sampai awal 90an diperbolehkan pemerintah).

Saya harap tidak berekspetasi terlalu tinggi dalam menonton film ini, atau terlalu mengaitkan dengan novelnya (sayangnya saya belum baca, sampai saya saat pertama menyapa mas Ahmad Fuadi sang novelis dengan Anwar dan beliau membalas Anwar mah pemain sinetron LOL #malusaya). Pasti akan banyak yang membandingkan pula dengan Trilogi Laskar Pelangi karena sesama berasal dari novel trilogi meski Negeri Lima Menara. Akhir kata terima kasih atas kesempatan screening dari Vivanews, semoga Vlog akan sesukses blog dari media online sebelah, dan tetap keep in touch dalam kerjasama. Saksikan film ini di bioskop-bioskop mulai 1 Maret 2012 dan sepertinya saya harus membaca novelnya :-)


Rating 6,5/10






Rabu, 18 Januari 2012

Almanya, Welcome to Germany (2011) Suka Duka, Benturan Budaya Imigran Turki di Jerman


Sutradara:  Yasemin Şamdereli
Naskah: Yasemin Şamdereli, Nesrin  Şamdereli
Bahasa: Turki, Jerman
Genre: Drama, Komedi
Pemain:
Vedat Erincin (Hüseyin)
Fahri Ogün Yardım (Hüseyin muda)
Lilay Huser (Fatma)
Demet Gül (Fatma muda)
Aykut Kayacık  (Veli)
Aycan Vardar (Veli muda)
Ercan Karacayli (Muhammed)
Kaan Aydogdu (Muhammed muda)
Şiir Eloğlu (leyla)
Aliya Artuc (Leyla muda)
Petra Schmidt (Gabi)
David Moschitto (Ali)
Aylin Tezel (Canan)
Trystan Pütter (David)
Rafael Koussouris (Cenk)
Durasi: 97 menit

Sinopsis:
Hüseyin yang mencoba peruntungan menjadi imigran Turki dari Anatolia
ke Jerman di tahun 1964. Setelah berhasil meyakinkan istrinya Fatma
dan 3 orang anaknya Muhammad, Veli dan Leyla untuk pindah ke Almanya
(Jerman dalam Bahasa Turki). Setelah 45 tahun tinggal di Jerman
barulah Hüseyin dan Fatma yakin untuk menjadi Warga Negara Jerman.
Meski masih dihantui ketakutan-ketakutan syarat menjadi WNJ yang tidak
masuk akal seperti makan babi dan berdandan ala Jerman.

Keturunan mereka pun mengalami benturan budaya dan mempertanyakan
identitas mereka apakah Jerman atau Turki. Kejutan terjadi ketika
Hüseyin membeli rumah di tanah leluhur mereka.

Masalah lain timbul ketika Canan cucu Hüseyn hamil atas hubungan gelap
dengan David, serta Cenk yang begitu tertarik dengan riwayat kakeknya
sejak dulu di Turki ketika dia mulai mempertanyakan identitas asal
usulnya.

Ulasan:

Film tentang imigran timur tengah di Eropa selalu menarik. Bila di
Prancis warna Aljazair dan Maroko begitu kental mewarnai sinema
Perancis berlatar Imigran seperti Le Grand Voyage (2004), Day of Glory
(2006), Adhen (2008), dll sementara di Jerman unsur Turki begitu
kental Sineas Fatih Akin Head On (2004), The Edge of Heaven (2007)
dll.  atau komedian Hilmi Sözer. When We Leave (2008) juga merupakan
film berlatar budaya Turki yang kontroversial.

Penggambaran komedi yang rasis nan berlebihan memang digambarkan film
ini yang cukup liberal sampai ada adegan Kristus menghantui di dapur,
atau 'natal' ala Turki. Orang jerman di mata orang Turki pada tahun
70an adalah hanya makan kentang dan babi, birokrasi yang dipenuhi
stempel, sanitasi yang penuh penyakit, kanibalisme dalam Perjamuan
Kudus yang memakan roti tubuh kristus.

Seperti biasa generasi muda Turki-Jerman juga akan dihadapkan dengan
pertanyaan tentang identitas dan pergaulan bebas ala eropa. Orang tua
yang cenderung masih konservatif bila tak pintar pintar dalam
berkomunikasi dan mengikuti kehidupan pergaulan remaja terkini niscaya
akan menyebabkan gangguan hubungan dengan anak.

Pada dasarnya film ini lebih menjelaskan bagaimana Hüseyin ingin lebih
mengenalkan dan mengajak keturunannya kepada tanah leluhur dan
perjuangan untuk kehidupan lebih baik serta menjaga tradisi. Hal itu
diharapkan membantu menghapus kegamangan keturunannya atas
identitasnya.

Film ini menarik untuk kita lebih menghargai perbedaan budaya, meski
dengan cara satire. Gambar-gambar indah alam Turki dan penggambaran rekam
 jejak napak Tilas  Hüseyin sejak muda awal pertemuan dengan fatma pengalaman 
pertama di Jerman bersama anak-anak menarik dan menggelitik.  Makna kehangatan 
keluarga dan keluarga selalu siap menerima kita apapun kondisi masalah kita. 
Keharuan mewarnaiadegan-adegan di akhir cerita. Ya apapun yang akan kita lakukan dalam
bertindak selalu ingatlah keluarga terlebih dahulu setelah Tuhan.



Rating: 8/10

Minggu, 15 Januari 2012

30+ (30 Plus: Single On Sale) (Thailand) 2011, Keruwetan Kisah Asmara Wanita Dewasa Berbumbu Canda


Sutradara: Puttipong Promsaka Na Sakolnakorn
Naskah   :  Puttipong Promsaka Na Sakolnakorn
Distributor: Sahamongkol International and Work Point
Genre: Komedi Romantis
Pemain:
Chermarn Boonyasak (Ing)
Arak Amornsupasiri (Jeud)
Tukkie Sudarat Butrprom
Pijittra Siriwetchapan
Durasi: 112 Menit

Sinopsis:
Ing seorang fotografer lepas yang begitu gegap gempita dan gembira menyambut kedatangan pacarnya di bandara seketika menjadi hancur mengetahui pacarnya akan menikah. Rasa frustasi menyebabkan Ing tak sengaja menjumpai peramal Sate Babi (Jeud) yang menggunakan piranti gigitan daging sate dari pasien untuk mengetahui nasib percintaannya. Pertemuan dengan fotografer pujaan Ing yaitu Ta. Di sisi lain muncul benih-benih cinta dari Jeud kepada Ing.

Ulasan:
Sutradara yang sukses menggebrak dengan debutnya di Crazy little thing Called love di tahun 2010 yang membawa komedi romantis Thai menggebrak pasar Indonesia yang tengah krisis film Hollywood kini dengan cerita yang lebih dewasa tetap tak kehilangan daya pikat. Daya pikat berupa bertubi-tubinya kebetulan-kebetulan yang sukses dipelajari film Thai dari RomCom Korea.


Unsur Komedi yang membumbui dengan meresap dengan dimasukkannya aktris Tukkie sebagai teman aktris utama. Aktris ini yang sukses sebagai Guru Inn di produksi pertama sang Sutradara tampil total mengocok perut dan membuat satu audi bioskop terpingkal-pingkal. Bahasa tubuh dari Jeud saat mulai timbul perasaan cinta dan kecemburuan terhadap Tan sangat menarik untuk dilihat (ketika gebetan lebih memuja pria lain memang begitu terasa perih #curhatpenulis). Kompetisi dua pria ini memperebutkan Ing menarik untuk disimak. Simaklah pula wajah Tan yang mirip Hudson IMB Trans TV


Alur rapi dan runtut disusun ikuti alurnya hingga tersentak ketika mengetahui inti cerita di akhir cerita durasi 112 tak terasa. Begitu banyaknya komedi tetap tidak meninggalkan unsur romantis dalam film ini. Kisah ini sepertinya beberapa pernah orang mengalami seperti yang dialami penulis saat teman yang juga menonton menuturkan pengalaman asmaranya yang membuatnya seperti tertampar-tampar saat menontonnya. Tidak mudah mencampurkan Asmara dan Komedi secara pas naskah harus menghindari hal-hal berbau lelucon dan gombal garing yang sering menjadi lobang di film Nasional, syukurlah film ini bebas dari jebakan tersebut.

Intinya kalau anda membutuhkan kisah asmara dan komedi yang takarannya sama-sama pas dalam satu produksi film. Ya tontonlah film ini di jaringan Blitz Megaplex, lebih baik menonton bersama rekan atau pasangan karena tidak enak tertawa lepas sendiri.
 

Rating: 7/10


Jumat, 06 Januari 2012

Film Xia Aimei (2012) Indonesia, Debut Franda, Mengulas Tema Perdagangan Manusia Lintas Negara Secara Tak Tuntas



Sutradara: Alyandra
Naskah: Alyandra, Toha Essa, Sally Anom Sari
Produser : Frederica
Distributor: Falcon Pictures
Pemeran:   Franda (Xia Aimei/Xixi)
                 Samuel Rizal (A.J. Park)
                 Ferry Salim (Jack)
                 Shareefa Daanish (Lee Lee)
                 Gilang Dirgahari (Timun)
                 Jasmine Machete (Paulina)
Durasi : 72 Menit
                 
Sinopsis:
Karena terjerat utang keluarga Xia Aimei gadis desa dari Yangshuo, provinsi Guangxi, Cina terpaksa pergi ke luar negeri untuk suatu pekerjaan yang sebelumnya dijanjikan sebagai pekerjaan suci dia dibawa melalui pamannya. Sampai Jakarta ternyata ia terjebak dalam human trafficing atau perdagangan manusia terkait sebagai pekerja seks komersial di sebuah klub ekslusif milik Jack (Ferry Salim) Le Mansion.

Le Mansion yang berisi pekerja seks komersial dari Cina daratan dan Uzbekistan membawa Xia Aimei berubah nama menjadi Xi Xi (senang senang). Ketika bermasalah karena harus melayani Bos Marun yang suka seks dengan kekerasan, Xi xi terpaksa membela diri dan kemudian kabur sampai membawa dia kepada kameraman dunia bawah laut Indonesia keturunan Korea A.J. Park (Samuel Rizal) dan temannya Timun.

Bersama dengan teman baru Indonesianya dan teman sesama pramuria Lee Lee dan Paulina Xia Aimei serta bantuan Intel Norman dia berusaha kabur dari jeratan Bos Jack untuk kembali ke kampung halamannya. 

Ulasan:
Film arahan sang sutradara yang lebih dikenal dalam pembuatan Video Klip Musik seperti Agnes Monica (paralyzed) Anang (Separuh Jiwaku Pergi) hingga Ridho Rhoma (Sajadah Ka'bah)  membahas tentang tema yang berat, perdagangan manusia lintas negara. Harapan besar akan munculnya data-data jumlah wanita penghibur dari Cina maupun Uzbekistan yang sudah menjadi rahasia umum di jakarta serta kisah runtut. Namun kemudian lebih menonjolkan bagaimana pelakon utama 'berjuang' menjaga kesucian sekuat tenaga.

 Gadis lugu yang kemudian diterjunkan sebagai pramuria kelas atas. Meski di awal dikisahkan ada pelatihan bahasa Inggris dan sedikit Indonesia, aneh melihat perkembangan kemampuan bahasa Inggris yang lumayan untuk gadis desa kalem nan lugu. Untung Franda berakting cukup alami dengan keluguan yang cukup terpancar. Samuel Rizal juga kenapa harus dipaksakan menjadi keturunan korea. Padahal tidak penting juga unsur korea dalam film ini, atau Sang Sutradara adalah penggemar Jay Park (Summer Dream Yeongwohni...saya jadi pengen nyanyi Summer Dreamnya Mr Idol). Dia juga tidak terlihat ada keturunan korea dalam aksen dan bahasa tubuh serta penampilan. Timun sebagai teman A.J. Park (samuel) awalnya terlihat melambai namun begitu bersemangat saat diajak ke le mansion. Lelucon garing Gilang pada awalnya mengganggu sangat. 

Namun selanjutnya dia menghibur untuk mengusir kehancuran alur yang begitu dimudahkan bagi korban untuk lepas dari lembah nista. Daanish ibu dara sebagai lee lee sangat membantu usaha saya menikmati film ini. Total sekali aktingnya sebagai perempuan penggoda. Karakter Marun yang menjadi pelanggan klub yang sering berbuat keonaran karena dikenal sebagai penikmat seks dengan kekerasan juga akan mengingatkan anda dengan sosok kemayu meski tampang sangar yang sering muncul dalam iklan provider seluler.

 Naskah yang tidak rapi dan kadang memaksa serta lelucon-lelucon garing tidak terlalu mendukung memantapkan untuk mengusuh tema perdagangan manusia yang serius. Harapan jerat lingkaran perdagangan manusia yang penuh drama, derita dan  sorotan terhadap tingkah laku pria hidung belang berduit terhadap pramuria asing ini tidak terlihat sehingga air mata enggan keluar. Ketika dialog berbahasa Inggris pun tanpa teks bahasa Indonesia meski ketika Mandarin ada. Lebih parah akhir yang diharapkan sutradara untuk menarik simpati penonton malah terlihat konyol. Itu jelas akibat rentetan upaya perjuangan korban yang dimudahkan sutradara sebelumnya. Alangkah lebih menolong kerapuhan film ini jika akhir cerita ini diarahkan sebaliknya.Apalagi misi yang sempat diungkapkan juga oleh Ibu Produser pas sehabis screening tentang Perdagangan Manusia lintas negara yang sebenarnya sangat bagus tidak terangkat dengan baik dan tuntas ibarat tercium baunya saja ketika awal film sahaja.

 Debut Franda dan Norman Camaru sepertinya cukup membantu menjual film ini. Bagi Franda yang mempunyai banyak fans fanatik karena kelucu'an wajah dan bahasa tubuhnya bahkan di jejaring twitter sampai wartawan media berbahasa Inggris (   ) dan Akun anonim  (  ) sering memuji dan menggobalinya sert berseteru dalam masalah obrolan terkait dengan cewek Cica ini (Cina Cakep). Trailer yang cukup membuat orang tertipu. Poster yang manis menggoda. Imlek, Serta durasi yang tidak terlalu lama hanya 72 menit plus bintang-bintang ternama sepertinya akan membantu kelanggengan film ini. Jadi bagi penggemar Franda (      ) saksikan film ini di bioskop mulai 12 Januari 2012.


 Rating 5/10

Kamis, 25 Agustus 2011

Kurtlar Vadisi: Filistin (Valley of The Wolves: Palestine) 2010 Rambo versi Turki pahlawan Mavi Marmara yang digdaya


Sutradara: Zübeyr Sasmas
Naskah: Cüneyt Aysan, Bahadir Özdener, Raci Sasmas
Sinematografi: Selahettin Sancakli Pemain: Neceti Sasmas (Polat Alemdar), Erdal Besikçioglu (Moshe Ben Eliezer), Nur Aysan (Simone Levy), Gürkhan Uygun (Mamati Bas), Abdülhey Çoban (Kenan Çoban)
Durasi: 122 menit
Genre: Aksi

Kisah diawali gambar penyerbuan kapal Mavi Marmara oleh tentara Israel. Tragedi yang menewaskan 8 warga Turki dan 1 Amerika. Untuk balas dendam Turki mengirim tim khusus terdiri dari 3 orang penembak jitu terlatih Polat, Abdülhey dan Mamati. Mereka bertugas membunuh otak serangan Mavi Marmara yaitu Tentara Israel Moshe ben Eliezer. Misi ini 3 orang tersebut bekerjasama dengan Abdullah seorang warga teritori Palestina. Akan tetapi dalam misi ini mereka terpaksa melibatkan seorang pemandu wisata Amerika keturunan Yahudi Simone yang akhirnya juga menjadi buron tentara Israel setelah insiden tembak menembak di pos pemeriksaan Israel. Betul film ini adalah rekaan pengembangan kisah tragedi kapal Mavi Marmara.

Sejak awal kita sudah disajikan dialog frontal yang berlebihan ketika Polat bernegosiasi dengan tentara Israel bahwa mereka tidak mau masuk ke Israel tapi ke Palestina, juga dia terang-terangan ia datang untuk membunuh Moshe. Apa ada tim khusus berbicara sembarangan tanpa tedeng aling-aling seperti ini. Dari sini sudah bisa diperkirakan alur operasi ini akan berjalan lancar jaya. Meski demikian namun banyak hal yang dikorbankan dalam operasi ini. Penggambaran Moshe dan pasukannya yang sangat kejam bahkan tanpa ampun membunuh warga sipil termasuk anak,orang cacat dan manula serta wanita. Moshe juga ditampilkan sebagai tentara terlatih yang tidak mudah dibunuh, ia sempat lolos meski kehilangan organ indranya.

Warga Palestina dalam film ini digambarkan bagai hidup dalam penjara terbuka dikungkung oleh tentara Israel. Batas suka,duka,hidup dan mati digambarkan saat Simone yang mulai akrab saat tinggal dengan keluarga Abdullah sesaat kemudian tentara Israel datang dan mengubah canda menjadi nestapa. Polisi penjaga otorita Palestina pun seakan tak berdaya saat Tentara Israel ingin menggeledah pemukiman warga.

Walau beberapa media barat menganggap film ini antisemit namun terselip dalam dialog ibu Abdullah yang mengatakan kepada Simone bahwa yang mereka musuhi bukan Yahudi namun penindasan mereka. Maka kesan antisemit sudah gugur dalam film ini. Tokoh Simone yang yahudi juga mengatakan tidak logis kalau pembantaian yahudi di Eropa dikaitkan dengan penindasan bangsa Palestina karena mereka tidak bertanggung jawab atas holocaust. Ketika dikesankan film ini mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi agama dan warga Palestina Penulis naskah Bahadir Özdener menyatakan film ini hanya ingin menampilkan keadaan warga palestina, penderitaan, penindasan serta mengajak memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

Film yang merupakan franchise yang sukses di Turki ini di awali dari serial tv yang kemudian diangkat ke layar lebar. Diawali seting di Irak pada tahun 2006 dan film kedua di tahun 2008 di Gladio. Setelah sempat ditunda karena premier film ini bertepatan dengan peringatan holocaust saat diputar di Jerman namun kesuksesan film ini di Turki membuat dibuat versi sulihsuara bahasa arab untuk pasar Negara-negara Arab.

Meski terkesan bergaya Rambo, James Bond bahkan Chuck Noriss yang digdaya dan tak ada hal-hal yang mengejutkan serta sangat superheronya Polat, namun di akhir Ramadhan dimana ada hari Yerussalem atau Yaum Al Quds yang dicetuskan Ayatollah Khomeini tiap jumat terakhir Ramadhan untuk mengingat dan menggelorakan semangat mendukung kemerdekaan Palestina lewat aksi jalanan. Film ini sebagai pembanding dimana terlalu banyak film barat mengidentikkan Islam, Arab dan Terorisme serta kekerasan maka film ini adalah obat.

Rating: 2.7/5

Bandhobi (Female Friend) (2009) Sentuhan Buruh Migran dalam Sinema Korea


Sutradara: Shin Dong Il
Naskah: Shin Dong Il
Pemain: Mahbub Alam (Karim), Baek Jin Hee (Min Seo), Choi In Sook
Durasi: 1 jam 57 menit
Genre: Drama

Bandhobi atau teman wanita dalam bahasa Bangla bercerita tentang Min seo gadis SMA 17 tahun yang bingung di saat teman sebayanya mulai mengambil aneka kursus untuk mengisi liburan ia tidak mempunyai cukup uang. Kemudian secara tidak sengaja kejadian di bus dimana dia menemukan dompet seorang buruh migran Bangladesh Karim. Karena curiga dompetnya tidak ditemukan lagi Karim mengejar Min seo untuk mendapatkan dompetnya. Setelah tertangkap khawatir dilaporkan polisi Min seo berjanji akan membantu kesulitan Karim. Karim yang setahun gajinya tak dibayar bos lamanya yang bangkrut mengalami kesulitan untuk menagih, di saat sulit ia diancam gugat cerai oleh istrinya di kampung halaman.

Min seo yang gadis pemberontak berusaha keras dapatkan uang melalui berbagai pekerjaan paruh waktu. Ibunya yang berpacaran dengan seorang pengangguran membuat konflik ibu dan anak. Pertemuan dengan Karim memberikan secerca kebahagiaan bagi gadis SMA ini ia pun berupaya membantu kesulitan Karim.

Unsur orang asing jarang ditampilkan dalam film Korea. Maklum saja negara ini tidak terlalu banyak imigran seperti eropa dan Amerika. Homogen mungkin itu pantas disebutkan dalam budaya dan lingkungan masyarakat korea. Sutradara Shin Dong il membawa kembali aktor imigran Mahbub Alam yang dulu sempat mendapat peran kecil di filmnya My friend and His wife (2006) seorang aktor mantan buruh migran yang kini melibatkan diri dalam LSM buruh migran di Korea. Shin sempat kesulitan mendapatkan seorang bertampang Asia Selatan yang fasih berbahasa Korea sebelum menemukannya. Mahbub memberi sentuhan tersendiri dalam kisah ini dia berupaya mewujudkan mimpinya meski kenyataan dia diperlakukan buruk di Korea. Sosok Karim masih tidak meninggalkan adat budaya serta tradisi Islamnya seperti menghindari babi (adegan dimana mahbub menraktir Min seo makan dan dia tidak memakan dagingnya lalu diledek Minseo apakah daging itu imut sehingga tak dimakan) suatu hal yang mencerminkan masyarakat homogen korea buta tradisi luar. Atau ketika Min seo menggoda Karim dan memberinya 'handjob' lalu di tengah-tengah meminta Min seo menghentikannya dilanjutkan adegan sujud yang cukup lama. Karim disindir Min seo sebagai pribadi yang kurang menikmati hidup.

Min seo yang diperankan apik oleh Baek Jin hee sebagai remaja pemberontak tapi mandiri dan tulus. Namun yang namanya remaja ada sisi kelabilan dan kenaifan serta polos ia sempat mengajak Karim kabur dan menawari menikah untuk mendapat visa bagi Karim yang sudah overstay. Suatu hal yang menjadikan khawatir ibunya yang harus mengakhiri persahabatan yang unik dua budaya ini.

Keberanian sutradara mengangkat isu baru tentang buruknya keadaan buruh migran kasar di Korea ketidak adilan serta memperkenalkan masyarakat Korea yang homogen kepada tradisi baru di tengah-tengah semakin bertambahnya pekerja migran di Korea haruslah diapresiasi. Termasuk pandangan baru terhadap pekerja dan pendatang barat yang ditampilkan melalui Haines guru les Inggris yang digemari dan dikagumi siswi-siswi korea yang polos dan kurang mengetahui tabiat tengil beberapa bule.

Rating: 3/5

Uç Maymun (Three Monkeys) 2008 Kesalahan Membawa Ke Pusaran Lingkaran Setan

Sutradara: Nuri Bilge Ceylan
Naskah: Nuri Bilge Ceylan, Ebru Ceylan, Ercan Keysal
Sinematografi: Gökhan Tiryaki
Pemain: Yavuz Bungöl (Eyüp), Hatice Aslan (Hecar), Ahmet Rifat Sungar (Ismail), Ercan Keysal (Servet) Durasi: 109 Menit
Genre: Drama, Thriller

Film ini berkisah tentang Servet seorang pengusaha yang mencoba peruntungan sebagai Politisi. Kejadian Servet menabrak seseorang dengan mobil yang dikendarainya dikhawatirkannya menghancurkan karier politiknya. Maka dia meminta Eyüp sopirnya untuk menggantikannya mengaku salah dah dipidana penjara 6 bulan. Eyüp dan keluarganya Hacer sang istri dan Ismail anaknya mendapat kompensasi uang bulanan sebagai gantinya. Namun rencana dan keadaan tak semulus perkiraan Servet mengalami kegagalan dalam pemilu, Ismail gagal dalam pendidikannya dan Hacer malah berselingkuh dengan Servet. Sekembalinya Eyüp dari penjara ia merasa hal yang aneh pada istrinya. Eyüp pun menjadi kasar pada istrinya yang menutupi perselingkuhan yang mulai tercium. Puncaknya ketika Ismail membuat kesalahan yang sama seperti yang Servet lakukan di awal cerita yang membuat suatu lingkaran setan kembali berulang dalam kisah ini.

Nur Bilge Ceylan seorang fotografer yang kemudian mengawali karier sutradaranya di awal tahun 90an. Meski seorang insinyur kekurang minatannya dengan pekerjaan yang berkaitan dengan latar belakang pendidikannya membuat dia lebih memilih dunia yang sekarang dia geluti. Kariernya gemilang mendunia dengan gelar sutradara terbaik lewat film ini di Festival Film Cannes 2008. Belakangan di tahun 2011 melalui festival film yang sama beliau diganjar Grand Prix lewat film Once Upon A Time In Anatolia. Kisah film ini yang mengangkat suap-menyuap di dunia pengadilan. Hal serupa terakhir di Indonesia terjadi saat Kasiem mau menggantikan Karni dipenjara 7 bulan dengan dibayar 10 juta rupiah. Atau untuk kasus yang agak serupa adalah Polycarpus yang dijadikan tumbal untuk menutupi orang penting yang disinyalir mengotaki kasus pembunuhan Munir.

Uç Maymun diperkuat dengan para pemeran yang ekspresif terutama tokoh suami istri. Mimik dan bahasa tubuh ketidakpercayaan dalam hubungan 2 pasangan sangat terlihat jelas. Adegan kekerasan Eyüp di ranjang terhadap Hacer tidak mudah dilupakan. Tokoh Ismail yang awal cerita banyak ditampilkan kurang dieksplorasi kenapa pendidikannya gagal dan bagaimana pengaruh teman-temannya terhadap suramnya kehidupan dirinya. Plot Ismail dibuat memaksa penonton menebak-nebak.

Keluarga ini juga 'dihantui' sosok putra mereka yang meninggal saat masih kecil yang sering muncul dalam bayangan mereka. Tidak digambarkan kenapa dia bisa meninggal. Sepertinya sutradara mengarahkan kita lebih fokus ke kisah lingkaran setan pembunuhan dan suap-menyuap dalam film ini. Hal lain yang mengganggu bagaimana nada dering ponsel Hacer bisa bersuara lagu mp3 meski menggunakan nokia 2100. Namun gambar-gambar didominasi warna gelap, langit dan awan serta pemandangan sekitar rumah Eyüp yang sukses dihadirkan Gökhan Tiryaki membuatnya jadi pengusir rasa bosan. Kembalinya Eyüp dari penjara mengembalikan semangat menonton film ini yang sempat membosankan di awal cerita. Meski tidak istimewa sangat layak dilihat.

Rating:3/5