Kamis, 25 Agustus 2011

Kurtlar Vadisi: Filistin (Valley of The Wolves: Palestine) 2010 Rambo versi Turki pahlawan Mavi Marmara yang digdaya


Sutradara: Zübeyr Sasmas
Naskah: Cüneyt Aysan, Bahadir Özdener, Raci Sasmas
Sinematografi: Selahettin Sancakli Pemain: Neceti Sasmas (Polat Alemdar), Erdal Besikçioglu (Moshe Ben Eliezer), Nur Aysan (Simone Levy), Gürkhan Uygun (Mamati Bas), Abdülhey Çoban (Kenan Çoban)
Durasi: 122 menit
Genre: Aksi

Kisah diawali gambar penyerbuan kapal Mavi Marmara oleh tentara Israel. Tragedi yang menewaskan 8 warga Turki dan 1 Amerika. Untuk balas dendam Turki mengirim tim khusus terdiri dari 3 orang penembak jitu terlatih Polat, Abdülhey dan Mamati. Mereka bertugas membunuh otak serangan Mavi Marmara yaitu Tentara Israel Moshe ben Eliezer. Misi ini 3 orang tersebut bekerjasama dengan Abdullah seorang warga teritori Palestina. Akan tetapi dalam misi ini mereka terpaksa melibatkan seorang pemandu wisata Amerika keturunan Yahudi Simone yang akhirnya juga menjadi buron tentara Israel setelah insiden tembak menembak di pos pemeriksaan Israel. Betul film ini adalah rekaan pengembangan kisah tragedi kapal Mavi Marmara.

Sejak awal kita sudah disajikan dialog frontal yang berlebihan ketika Polat bernegosiasi dengan tentara Israel bahwa mereka tidak mau masuk ke Israel tapi ke Palestina, juga dia terang-terangan ia datang untuk membunuh Moshe. Apa ada tim khusus berbicara sembarangan tanpa tedeng aling-aling seperti ini. Dari sini sudah bisa diperkirakan alur operasi ini akan berjalan lancar jaya. Meski demikian namun banyak hal yang dikorbankan dalam operasi ini. Penggambaran Moshe dan pasukannya yang sangat kejam bahkan tanpa ampun membunuh warga sipil termasuk anak,orang cacat dan manula serta wanita. Moshe juga ditampilkan sebagai tentara terlatih yang tidak mudah dibunuh, ia sempat lolos meski kehilangan organ indranya.

Warga Palestina dalam film ini digambarkan bagai hidup dalam penjara terbuka dikungkung oleh tentara Israel. Batas suka,duka,hidup dan mati digambarkan saat Simone yang mulai akrab saat tinggal dengan keluarga Abdullah sesaat kemudian tentara Israel datang dan mengubah canda menjadi nestapa. Polisi penjaga otorita Palestina pun seakan tak berdaya saat Tentara Israel ingin menggeledah pemukiman warga.

Walau beberapa media barat menganggap film ini antisemit namun terselip dalam dialog ibu Abdullah yang mengatakan kepada Simone bahwa yang mereka musuhi bukan Yahudi namun penindasan mereka. Maka kesan antisemit sudah gugur dalam film ini. Tokoh Simone yang yahudi juga mengatakan tidak logis kalau pembantaian yahudi di Eropa dikaitkan dengan penindasan bangsa Palestina karena mereka tidak bertanggung jawab atas holocaust. Ketika dikesankan film ini mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi agama dan warga Palestina Penulis naskah Bahadir Özdener menyatakan film ini hanya ingin menampilkan keadaan warga palestina, penderitaan, penindasan serta mengajak memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

Film yang merupakan franchise yang sukses di Turki ini di awali dari serial tv yang kemudian diangkat ke layar lebar. Diawali seting di Irak pada tahun 2006 dan film kedua di tahun 2008 di Gladio. Setelah sempat ditunda karena premier film ini bertepatan dengan peringatan holocaust saat diputar di Jerman namun kesuksesan film ini di Turki membuat dibuat versi sulihsuara bahasa arab untuk pasar Negara-negara Arab.

Meski terkesan bergaya Rambo, James Bond bahkan Chuck Noriss yang digdaya dan tak ada hal-hal yang mengejutkan serta sangat superheronya Polat, namun di akhir Ramadhan dimana ada hari Yerussalem atau Yaum Al Quds yang dicetuskan Ayatollah Khomeini tiap jumat terakhir Ramadhan untuk mengingat dan menggelorakan semangat mendukung kemerdekaan Palestina lewat aksi jalanan. Film ini sebagai pembanding dimana terlalu banyak film barat mengidentikkan Islam, Arab dan Terorisme serta kekerasan maka film ini adalah obat.

Rating: 2.7/5

Bandhobi (Female Friend) (2009) Sentuhan Buruh Migran dalam Sinema Korea


Sutradara: Shin Dong Il
Naskah: Shin Dong Il
Pemain: Mahbub Alam (Karim), Baek Jin Hee (Min Seo), Choi In Sook
Durasi: 1 jam 57 menit
Genre: Drama

Bandhobi atau teman wanita dalam bahasa Bangla bercerita tentang Min seo gadis SMA 17 tahun yang bingung di saat teman sebayanya mulai mengambil aneka kursus untuk mengisi liburan ia tidak mempunyai cukup uang. Kemudian secara tidak sengaja kejadian di bus dimana dia menemukan dompet seorang buruh migran Bangladesh Karim. Karena curiga dompetnya tidak ditemukan lagi Karim mengejar Min seo untuk mendapatkan dompetnya. Setelah tertangkap khawatir dilaporkan polisi Min seo berjanji akan membantu kesulitan Karim. Karim yang setahun gajinya tak dibayar bos lamanya yang bangkrut mengalami kesulitan untuk menagih, di saat sulit ia diancam gugat cerai oleh istrinya di kampung halaman.

Min seo yang gadis pemberontak berusaha keras dapatkan uang melalui berbagai pekerjaan paruh waktu. Ibunya yang berpacaran dengan seorang pengangguran membuat konflik ibu dan anak. Pertemuan dengan Karim memberikan secerca kebahagiaan bagi gadis SMA ini ia pun berupaya membantu kesulitan Karim.

Unsur orang asing jarang ditampilkan dalam film Korea. Maklum saja negara ini tidak terlalu banyak imigran seperti eropa dan Amerika. Homogen mungkin itu pantas disebutkan dalam budaya dan lingkungan masyarakat korea. Sutradara Shin Dong il membawa kembali aktor imigran Mahbub Alam yang dulu sempat mendapat peran kecil di filmnya My friend and His wife (2006) seorang aktor mantan buruh migran yang kini melibatkan diri dalam LSM buruh migran di Korea. Shin sempat kesulitan mendapatkan seorang bertampang Asia Selatan yang fasih berbahasa Korea sebelum menemukannya. Mahbub memberi sentuhan tersendiri dalam kisah ini dia berupaya mewujudkan mimpinya meski kenyataan dia diperlakukan buruk di Korea. Sosok Karim masih tidak meninggalkan adat budaya serta tradisi Islamnya seperti menghindari babi (adegan dimana mahbub menraktir Min seo makan dan dia tidak memakan dagingnya lalu diledek Minseo apakah daging itu imut sehingga tak dimakan) suatu hal yang mencerminkan masyarakat homogen korea buta tradisi luar. Atau ketika Min seo menggoda Karim dan memberinya 'handjob' lalu di tengah-tengah meminta Min seo menghentikannya dilanjutkan adegan sujud yang cukup lama. Karim disindir Min seo sebagai pribadi yang kurang menikmati hidup.

Min seo yang diperankan apik oleh Baek Jin hee sebagai remaja pemberontak tapi mandiri dan tulus. Namun yang namanya remaja ada sisi kelabilan dan kenaifan serta polos ia sempat mengajak Karim kabur dan menawari menikah untuk mendapat visa bagi Karim yang sudah overstay. Suatu hal yang menjadikan khawatir ibunya yang harus mengakhiri persahabatan yang unik dua budaya ini.

Keberanian sutradara mengangkat isu baru tentang buruknya keadaan buruh migran kasar di Korea ketidak adilan serta memperkenalkan masyarakat Korea yang homogen kepada tradisi baru di tengah-tengah semakin bertambahnya pekerja migran di Korea haruslah diapresiasi. Termasuk pandangan baru terhadap pekerja dan pendatang barat yang ditampilkan melalui Haines guru les Inggris yang digemari dan dikagumi siswi-siswi korea yang polos dan kurang mengetahui tabiat tengil beberapa bule.

Rating: 3/5

Uç Maymun (Three Monkeys) 2008 Kesalahan Membawa Ke Pusaran Lingkaran Setan

Sutradara: Nuri Bilge Ceylan
Naskah: Nuri Bilge Ceylan, Ebru Ceylan, Ercan Keysal
Sinematografi: Gökhan Tiryaki
Pemain: Yavuz Bungöl (Eyüp), Hatice Aslan (Hecar), Ahmet Rifat Sungar (Ismail), Ercan Keysal (Servet) Durasi: 109 Menit
Genre: Drama, Thriller

Film ini berkisah tentang Servet seorang pengusaha yang mencoba peruntungan sebagai Politisi. Kejadian Servet menabrak seseorang dengan mobil yang dikendarainya dikhawatirkannya menghancurkan karier politiknya. Maka dia meminta Eyüp sopirnya untuk menggantikannya mengaku salah dah dipidana penjara 6 bulan. Eyüp dan keluarganya Hacer sang istri dan Ismail anaknya mendapat kompensasi uang bulanan sebagai gantinya. Namun rencana dan keadaan tak semulus perkiraan Servet mengalami kegagalan dalam pemilu, Ismail gagal dalam pendidikannya dan Hacer malah berselingkuh dengan Servet. Sekembalinya Eyüp dari penjara ia merasa hal yang aneh pada istrinya. Eyüp pun menjadi kasar pada istrinya yang menutupi perselingkuhan yang mulai tercium. Puncaknya ketika Ismail membuat kesalahan yang sama seperti yang Servet lakukan di awal cerita yang membuat suatu lingkaran setan kembali berulang dalam kisah ini.

Nur Bilge Ceylan seorang fotografer yang kemudian mengawali karier sutradaranya di awal tahun 90an. Meski seorang insinyur kekurang minatannya dengan pekerjaan yang berkaitan dengan latar belakang pendidikannya membuat dia lebih memilih dunia yang sekarang dia geluti. Kariernya gemilang mendunia dengan gelar sutradara terbaik lewat film ini di Festival Film Cannes 2008. Belakangan di tahun 2011 melalui festival film yang sama beliau diganjar Grand Prix lewat film Once Upon A Time In Anatolia. Kisah film ini yang mengangkat suap-menyuap di dunia pengadilan. Hal serupa terakhir di Indonesia terjadi saat Kasiem mau menggantikan Karni dipenjara 7 bulan dengan dibayar 10 juta rupiah. Atau untuk kasus yang agak serupa adalah Polycarpus yang dijadikan tumbal untuk menutupi orang penting yang disinyalir mengotaki kasus pembunuhan Munir.

Uç Maymun diperkuat dengan para pemeran yang ekspresif terutama tokoh suami istri. Mimik dan bahasa tubuh ketidakpercayaan dalam hubungan 2 pasangan sangat terlihat jelas. Adegan kekerasan Eyüp di ranjang terhadap Hacer tidak mudah dilupakan. Tokoh Ismail yang awal cerita banyak ditampilkan kurang dieksplorasi kenapa pendidikannya gagal dan bagaimana pengaruh teman-temannya terhadap suramnya kehidupan dirinya. Plot Ismail dibuat memaksa penonton menebak-nebak.

Keluarga ini juga 'dihantui' sosok putra mereka yang meninggal saat masih kecil yang sering muncul dalam bayangan mereka. Tidak digambarkan kenapa dia bisa meninggal. Sepertinya sutradara mengarahkan kita lebih fokus ke kisah lingkaran setan pembunuhan dan suap-menyuap dalam film ini. Hal lain yang mengganggu bagaimana nada dering ponsel Hacer bisa bersuara lagu mp3 meski menggunakan nokia 2100. Namun gambar-gambar didominasi warna gelap, langit dan awan serta pemandangan sekitar rumah Eyüp yang sukses dihadirkan Gökhan Tiryaki membuatnya jadi pengusir rasa bosan. Kembalinya Eyüp dari penjara mengembalikan semangat menonton film ini yang sempat membosankan di awal cerita. Meski tidak istimewa sangat layak dilihat.

Rating:3/5

Minggu, 17 Juli 2011

Bbuddah... Hoga Terra Baap (2011), Film laga Hindi dengan citarasa India Selatan

Sutradara: Puri Jagannadh
Pemain:  Amitabh Bachchan, Hema Malini, Minissha Lamba, Sonal Chauhan, Raveena Tandon…… Special Appearance, Neha Sharma, Sonu Sood, Prakash Raj, Charmi, Mahie Gill, Makrand Deshpande, Shahwar Ali, Rajeev Mehta, Rajeev Varma, Vishwajeet Pradhan, Atul Parchure
Produksi: Viacom 18 Motion Pictures, A B Corp
Durasi: 115 menit
Genre: Aksi, drama, komedi

Polisi ACP Karan (Sonu Sood) menjadi musuh baru bagi pemimpin Mafia Mumbai Kabir Bhai (Prakash Raj) setelah menangkap pelaku bom yang di otakinya. Kabir kemudian menggunakan jasa penembak jitu Profesional veteran Vijju (Amitabh) yang datang untuk menunaikan tugas terakhirnya.

Pesona dan kharisma Vijju menarik perhatian dua gadis muda Amrutha (Charmee), Tanya (sonal Chauhan) mantan Miss India 2008, Tanya yang kemudian disukai oleh Karan dan Charmee yang ternyata ibunya (Raveena Tandon) ada hubungan lama dengan Vijju. Terungkap kemudian bahwa Vijju ternyata berusaha melindungi Karan yang ternyata anaknya dengan Sita (Hema Malini)

Film yang menjadi box office nomor dua setelah Delhi Belly ini menampilkan film Hindi yang menurut saya beraroma kuat film-film India Selatan yang sering menampilkan aktor uzur sebagai bintang utama yang mendominasi isi cerita dan mengeluarkan kharisma hingga menarik aktor wanita yang bahkan masih muda belia. Memang kharisma aktor ini luar biasa kalau anda penggemar beliau film ini begitu memuaskan anda namun untuk sebuah film secara keseluruhan terlihat biasa dan berlebihan. Menjadikan aktor yang di awal kisah tidak disukai menjadi disukai dalam alurnya. Kisah lama antara Amitji dan Hema serta anaknya tidak dibahas cukup jelas, juga hubungan lamanya dengan Raveena. Peran Karan sebenarnya bisa diolah lebih mendalam untuk tapi sepertinya durasi film ini yang mengikuti arus baru film India yang dipangkas dan tanpa interval nampaknya membuat sutradara lebih menonjolkan kisah balas dendam Vijju atas "kegagalannya" melindungi anaknya meski anda harus menonton hingga akhir untuk memastikan film ini  apakah berakhir bahagia sepenuhnya atau tidak.

Aktor-aktor wanita seakan hanya sebagai pemanis di film ini itupun kalau pemanis tidak diberikan porsi video musik bagi mereka untuk memuaskan penonton yang ingin melihat liukan tubuh indahnya, anda hanya akan diberikan Video Uncle Amitji. Reuni antara Hema dan Amitji juga tidak dimaksimalkan sutradara. Kemunculan kembali Raveena setelah vakum sejak 2006 meskinya dengan kegenitannya, serta Charmee (ini juga debutnya di film  Hindi setelah lebih dahulu terkenal di  film Telugu dan Kannada) harusnya lebih dimaksimalkan sutradara untuk menggali "konflik" mereka berdua yang sama-sama memuja Amitji. Namun adegan yang paling berkesan adalah ketika Vijju membohongi Kabir Bhai bahwa polisi menyerang mereka setelah penembakan atas Karan, tipu-tipu pura-pura Amitji menghadirkan puncak beliau sebagai Hero di film ini dengan adegan yang menggelitik ini. Akhirnya bila anda penikmat Uncle Amitji sila simak film ini bila tidak terlalu sebaiknya pikirkan lagi.

rating : 2,7/5

The Snow White (Tai Tang Klom) 2010, Horor dewasa yang pas dan tidak berlebihan



Sutradara by Sarawut Intaraprom
Pemain Pattaranan Deeratsamee, Nuttapong Chatpong, Prinya Ngamwongwarn, Atiwat Lamgul, Apichaya Mangmeepon, Kapon Tongplub
Genre Horor, drama, dewasa
Durasi 90 menit

Produksi Golden A Entertainment

Dua orang mahasiswa berinisiatif mengambil janin bayi mayat di sebuah rumah sakit dan mengambil darah sang ibu untuk ilmu hitam yang diperoleh info dari sebuah buku misterius di perpustakaan kampus. Keduanya bertujuan berbeda yang pertama Pong (Prinya Ngamwongwarn) untuk memelet para wanita setelah begitu sering ditolak ketika mengajak mereka di klub malam yang kedua Yong (Nuttapong Chatpong) untuk meraih nilai tinggi. Setelah berbagai efek positif diperoleh mereka akhirnya munculah efek samping dari ilmu hitam tersebut berupa teror dari hantu sang ibu dan janin.

Pencurian janin yang diketahui oleh penjaga rumah sakit (Atiwat Lamgul) yang bertunangan dengan perawat Oh (Nannie) yang disibukkan dengan pasien penyakit jiwa yang sering ia bacakan cerita Snow White. Teror juga menimpa sang kekasih membuat sang perawat mencari tahu apa yang terjadi dengan mayat wanita hamil  tersebut.

Film yang sempat ditayangkan di INAFF 2010 ini memang cukup kuat aroma teror-teror menakutkan dari sang hantu juga bayi. Waktu atau momen penempatan teror sang hantu dan bayipun banyak yang mengejutkan seperti saat tangan hantu membantu mengerjakan ujian, atau muncul tiba-tiba saat wanita-wanita korban pelet sedang berasyik-masyuk dengan Pon, juga adegan bayi yang tiba-tiba muncul dalam sajian makanan Yon.


Horor dewasa yang sedang marak di tanah air mengingatkan saya terhadap cukup banyaknya adegan erotik meski tidak terlalu dilebih-lebihkan dan pas penempatannya (sineas horor dewasa Indonesia harusnya mengambil pelajaran dari film ini), pantas di Thailand film ini dirating 18+. Ambisi seseorang ketika direndahkan kadang menjadikan suatu hal tindakan yang diluar batas nalar.  Adegan berdarah-darah juga menghiasi film ini dalam porsi pas tidak sekejam film jagal. Waktu 90 menit juga cukup pas untuk mengelola alur cerita yang dikemas sutradara dalam film ini dan tidak terlalu memberikan waktu yang menjadi sedikit membosankan seperti kebanyakan film Thai yang 2jaman. Porsi dua mahasiswa ini memang seperti hanya pembuka dan tidak terlalu mendominasi film ini karena langkah berikutnya adalah untuk membuka kisah sang penjaga RS dan hantu serta kisah dibalik kematian sang mayat ibu hamil, dosa besar dibalik kenapa sang penjaga perawat dihantui yang akhirnya juga melibatkan sang perawat juga menjadikan film ini menarik di akhir-akhir cerita. Film ini akhirnya menampilkan akhir cerita yang cukup mengejutkan dan menyesakkan.

rating: 3/5




Kamis, 14 Juli 2011

Delhi Belly (2011)



Sutradara: Abhinay Deo
Naskah: Akshat Verma
Pemain: Imran Khan, Kunaal Roy Kapur, Poorna Jagannathan, Vir Das and Shenaz Treasurywala.
Produser: Aamir Khan Productions and UTV Motion Pictures. 
Durasi: 102 minutes

Corat-coret seluloid perdana saya tentang film India yang masih menjadi film terlaris di India sampai data 01/07/11-07/07/11 pendapatan sebesar 35,91,00,000 Rupee (1 rupee setara 191 rupiah). Delhi Belly produksi kedua Aamir Khan Productions setelah Dhobi Ghat yang keluar awal tahun 2011. Masih seperti Dhobi Ghat film ini mengusung tren film Hindi kebarat-baratan tanpa interval di tengah-tengah film, hanya berdurasi 102 menit dan kali ini mengusung tema komedi dewasa namun tak seperti yang pertama masih dibumbui video musik seperti umumnya film India.

Film bercerita tentang Threesome (eh maaf) tiga orang pemuda berbeda profesi Tashi Malhotra (Imran Khan), Nitin Beri (Kunal Roy Kapoor) and Arup (Vir Das) yang tinggal di flat yang sangat kurang persediaan air dan sangat jorok ditunjukkan dengan kecoa di sekitar pizza sisa mereka. Imran yang merupakan keponakan dari Aamir Khan berperan sebagai jurnalis sementara Nitin sebagai fotografer lepas yang hobi menguntit bapak pemilik flat di tempat pelacuran dan memfotonya untuk menghindari uang sewa, serta Arup sebagai desainer grafis yang mempunyai bos yang menyebalkan. Alkisah Vladimir (Kim Bodnia) yang menitipkan paket kepada Sonia (Shenaz Treasurywala) kekasih Tashi dikarenakan teman sonia yang terbiasa sebagai kurir Vladimir berhalangan. Sonia yang tak mengerti apa isi barang tersebut meminta Tashi untuk mengantarkan paket tersebut,  lalu Tashi meminta Nitin untuk mengantarkannya tetapi Nitin berhalangan karena efek "Delhi Belly" alias sakit perut parah akibat jajan Ayam Tika Masala yang penjualnya super jorok. Nitin meminta Arup untuk mengantar sampel (maaf) feses Tashi kepada dokter serta mengantar paket dari Sonia yang kemudian tertukar (Jangan sampai sineas Indonesia membuat karya Tinja yang Ditukar #eh). Paket yang tertukar itu tersampaikan ke Somayajulu (Vijay Raaz) inilah cerita utama yang kemudian membuat serangkaian masalah kepada Threesome tersebut yang menyerempet ke rekan-rekan mereka tentunya karena paket asli dari Vladimir adalah berlian-berlian. 

Alur cerita film ini terangkai begitu cepat tanpa jeda sehingga mudah diikuti. Film ini memang penuh dengan lelucon dewasa namun tenang tak ada hal yang terlalu vulgar memperhatikan bagian tubuh. Namun dengan melihat film ini saya melihat begitu "berkembang" pesat dunia sensor di film India terkhusus film Hindi ketika awal 2000an saja ciuman bibir adalah hal yang terlarang meski memperlihatkan bagian tubuh seksi sudah biasa di film Hindi. Akshat Verma penulis naskah lulusan UCLA (University of California, Los Angeles) ini benar-benar sangat liberal dan membawa aroma guyon dewasa barat ke dalam film ini sehingga film ini lebih cocok untuk usia muda produktif 20-30an tahun serta berbasis masyarakat perkotaan bahkan film ini dominan dengan dialog bahasa Inggris sekitar 80an%. Banyak adegan menarik seperti kejar-kejaran suami yang segera menjadi mantan dari Menaka (Poorna Jaganathan)teman jurnalis Tashi yang juga "selingkuhan" setelah berkelahi di pestanya, adegan kejar-kejaran saat Threesome serangkai dikejar-kejar polisi setelah mengambil kembali paket dari penjual berlian, atau adegan ketika Arup yang ditinggap pacarnya menikah melabrak pesta perkawinan mereka dalam bayangan yang begitu hits dengan kalimat  "this girl has given me blowjob!", atau Nitin yang berBBB ria (Bolak balik boker) maaf.

Kalau dibanding 3 Idiots film ini lebih full comedy tanpa drama. Untuk musik film ini penuh dengan soundtrack yang begitu ngebit dan enak didengar dengan cepat. Adegan kejar-kejaran selalu diiringi lagu rock "Bhaag D.K. Bose" yang menjiwai film ini, atau lagu patah hati Arup "Ja Chudail"   yang digambarkan super lebay yang masih tetap ngerock, jangan pula lewatkan lagu penutup di akhir film ini karena orang dibalik film ini akan menjadi item number song dengan lagu "I hate you (like i love you)" yang berakhir dengan pertanda dibuatnya sekuel film ini yang dikabarkan akan menduetkan ponakan dan paman Imran dan Aamir. Akhir kata pesan saya untuk menonton film ini janganlah membawa keluarga, apalagi anak-anak, bawalah teman pasangan bahkan lebih baik nonton sendiri seperti saya (ngenes) di India film ini diperuntukkan untuk 18+ tapi pengalaman saya menonton film ini ada anak yang sepertinya usia TK nonton film ini saya masih ingat ketika adegan berkelahi Tashi dan suami Manika ekspresinya memperlihatkan ketakutan, namun saya kaget kenapa aunty2 India yang menonton film ini kuat sampai akhir meski tawa lepas lebih saya dengar dari penonton usia muda saya tidak tahu bagaimana perasaan mereka yang saya yakin masih konservatif. 

Saksikan film ini di jaringan Blitzmegaplex sebelum turun layar karena saya cek di twitter dengan search kata kunci film ini di Indonesia tanggapannya masih sepi sekali tapi saya kemarin menonton dengan 20an oran cukup ramai untuk ukuran jam 19 hari kerja dan film India. Saya ingat dulu nonton Dhobi Ghat hanya 2 orang. Semoga film ini sehits 3 Idiots yang laris di Indonesia setelah ramai diperbincangkan di dunia twitter. Maaf tulisan perdana saya ini masih penuh kekurangan mohon bimbingannya terima kasih.

Rating 4/5