Selasa, 21 Februari 2012

Negeri Lima Menara (2012), Berusaha Keraslah dan Tentukan Pilihan Hidupmu


Sutradara: Affandi Abdul Rachman
Naskah: Rino Sarjono, Salman Arisanto
Produser: Aoura L. Chandra, Dinna Jasanti, Salman Arisanto
Durasi: 100 menit
Produksi: KG Production, Million Pictures, Simple Pictures, IB Perbankan Syariah
Genre: Drama


Alif (Gazza Zubizzaretha) (pasti bapaknya penggemar Andoni Zubizarreta mantan kiper Spanyol dan Valencia tahun 90an) gamang ketika diminta Amaknya (Ibunya) Lulu Tobing (puja puji untuk beliau yang berhasil berbahasa minang dengan elok setelah belajar keras) untuk melanjutkan sekolah menengah atas di Pondok Pesantren Madani, Ponorogo, Jatim karena mengharap anaknya kelak seperti Ulama Besar penyusun Tafsir Al Azhar Buya Hamka Rahimahullah, dan Allahuyarham Bung Hatta sementara Alif ingin kelak seperti B.J. Habibie dan berharap meneruskan sekolah di ITB.Sementara Ayahnya (David Chalik) berpesan mengibaratkan seperti ketika orang tawar menawar kerbau dimana tangan di dalam sarung, orang tak akan tahu pasti tentang sesuatu sebelum ia menjalaninya.


Kisah sesungguhnya baru dimulai ketika Alif bertemu teman-teman barunya dari berbagai daerah mereka Said (Ernest Samudra) dari Surabaya, Baso (Billy Sandy) dari Gowa, Atang (Rizki Ramdani) dari Bandung, Raja (Jiofani Lubis) dari Medan, dan Dulmajid (Aris Putra) dari Madura. Bersama mereka yang sering berkumpul di bawah menara masjid pesantren menjadi Sahibul Menara, suatu saat Alif menatap awan berbentuk benua Amerika, Raja Eropa, Atang Afrika, Dulmajid dan Said Indonesia sementara Baso Asia. Pemacu semangat dari kata-kata yang diucapkan Ustadz Salman (Doni Alamsyah) 'Man Jadda Wa jadda' (Siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil) yang merupakan pepatah Arab adalah "mantra" bagi mereka untuk mencapai cita-cita.

Kisah yang diadaptasi dari Novel Trilogi Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi ini menampilkan banyak karakter baru yang cukup bagus dalam menampilkan karakter orang-orang daerah yang beraneka latar belakang budaya. Aksentuasi bahkan tampang ndeso nan mblekethek (agak kumal) kecuali karakter Alif di awal film terlihat terlalu kota.Karakter Baso dan Atang bagi saya sangat baik dan terlihat menarik dalam menampilkan karakter orang Bugis dan Sunda.

Kehidupan dalam sekolah berasrama seperti pesantren selalu menarik perbedaan karakter, kegamangan akan pilihan menentukan masa depan, cita-cita setinggi langit, berbagai kegiatan yang mengasah kemandirian dan ketrampilan yah itulah hal yang selalu menarik dari pesantren. Termasuk cinta monyet Alif dengan keponakan Kyai Rais (Ikang Fauzi) pemimpin pesantren, yaitu Sarah (Erika Reinisa) sebagai bumbu pemanis cerita.

Kegamangan akan pilihan hidup dihadapi Alif yang mana ia ingin meneruskan ke ITB dan Baso yang neneknya sudah tua sementara ia bercita-cita untuk sampai Al Azhar. Kembali lagi ke Man jadda wa jadda yang menjadi penyemangat mereka kata Ustadz Salman hal ini tidak  dalam bekerja keras atas sesuatu yang sedang kita jalani namun juga ada kebebasan menentukan pilihan yang bertanggung jawab. Jadi ingat doa-doa Kakung @suby_ku pengelola http://curhatsinema.blogspot.com "sukses ya dengan pilihan pilihan hidupnya".

Satu hal yang sangat mengena adalah pesan Kyai Rais saat penyambutan santri yang mana Pesantren Madani akan mendidik santri-santri supaya menjadi orang besar. Orang besar yang dimaksud ternyata tujuan utama pesantren ini adalah menjadikan orang berilmu yang rela mengajar di pelosok-pelosok tanpa pamrih.

Eloknya landskap berbagai pelosok Indonesia seperti Danau Maninjau, persawahan Ponorogo, tradisi membeli kerbau dengan isyarat tangan. Bahasa Minang yang fasih oleh para pelakon, juga aksentuasi para santri-santri daerah, serta ciri khas Islam yang beradaptasi dengan budaya lokal tanpa mengganggu gugat syariat. Naskah dan dialog pun dikemas mulus dan menarik.

Hal yang terasa kurang dalam film ini adalah  kurangnya dramatisasi penggambaran personal para santri tokoh utama. Saya membandingkan dengan film mengangkat kebersamaan remaja seperti Sunny (2010) Korsel, The Chorus (2004), Perancis. Narasi-narasi suara hati personal tiap-tiap karakter serta musik latar kurang mendukung saya untuk sampai meneteskan air mata.  Saya hanya merasa ada aura keharuan yang besar saat adegan pentas seni Ibnu Battutah (pengembara asal Maroko) yang sayangnya ada adegan barongsai (saya tidak yakin di era Orde Baru setting 80an akhir sampai awal 90an diperbolehkan pemerintah).

Saya harap tidak berekspetasi terlalu tinggi dalam menonton film ini, atau terlalu mengaitkan dengan novelnya (sayangnya saya belum baca, sampai saya saat pertama menyapa mas Ahmad Fuadi sang novelis dengan Anwar dan beliau membalas Anwar mah pemain sinetron LOL #malusaya). Pasti akan banyak yang membandingkan pula dengan Trilogi Laskar Pelangi karena sesama berasal dari novel trilogi meski Negeri Lima Menara. Akhir kata terima kasih atas kesempatan screening dari Vivanews, semoga Vlog akan sesukses blog dari media online sebelah, dan tetap keep in touch dalam kerjasama. Saksikan film ini di bioskop-bioskop mulai 1 Maret 2012 dan sepertinya saya harus membaca novelnya :-)


Rating 6,5/10






1 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus